By Rizal Saryadi
Apakah globalisasi budaya bersifat
mendominasi budaya lain (realist) atau hasil interaksi antara budaya (liberal)?
Dalam memahami globalisasi budaya
tentunya dapat diawali dengan melakukan sebuah kajian yang bersumber pada
definisi-definisi dari para ahli untuk mengungkapkan makna dasar globalisasi
dan budaya tersebut sehingga tidak melebar luas dan berada di luar batas makna
dasarnya. Dengan demikian, penulis dalam hal ini mengacu pada dua pendapat ahli
mengenai globalisai dan dua pendapat ahli mengenai budaya.
Menurut Lucian W. Pye, globalisai
dapat diartikan sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya
tertentu ke seluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture).
Sedangkan menurut Albrow, globalisasi
mengacu pada semua proses dimana masyarakat dunia dimasukkan ke dalam sebuah
masyarakat tunggal dunia, masyarakat global. Dari dua definisi ini dapat
disimpulkan bahwasanya globalisasi mengacu pada semua proses dimana nilai-nilai,
budaya, dan masyarakat dunia menyebar ke dalam kehidupan sebuah masyarakat
tunggal.
Mengenai budaya, menurut Ministrant
(1989: 51) budaya didefinisikan sebagai sikap dan kepercayaan, cara berfikir,
berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut. Di samping
itu, Raymond Williams (1961: 16)
mendefinisikan budaya ke dalam empat elemen penting yaitu seluruh kehidupan,
materi, intelektual, dan spiritual. Dari dua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwasanya budaya adalah apa yang ada pada kehidupan dan apa yang
dilakukan dalam hidup.
Dari definisi globalisasi dan budaya di atas, dapat diasumsikan bahwasanya
globalisasi budaya merupakan proses persebaran budaya masyarakat dunia ke dalam
budaya masyarakat tunggal dunia. Dengan kata lain, budaya suatu negara dapat menyebar dan masuk
kedalam budaya negara lainnya. Sebagai contoh trend gaya musik K-pop di Indonesia adalah pengaruh budaya korea yang merambat ke dalam ranah kehidupan
masyarakat Indonesia (budaya
Indonesia).
Untuk
menjawab pertanyaan di atas penulis
berpendapat bahwasanya globalisasi
budaya merupakan hasil interaksi antara budaya (liberal). Jika suatu budaya di
masyarakat tertentu mempengaruhi budaya masyarakat lainnya dan dapat diterima
oleh masyarakat yang dipengaruhinya tersebut, maka akan terjadi akulturasi (percampuran dua (lebih) kebudayaan) dengan budaya lokal di masyarakat itu (yang
dipengaruhi). Sebagai contoh pewayangan di Inggris (untuk masyarakat Inggris)
harus menggunakan Bahasa Inggris atau menggunakan Bahasa Jawa yang kemudian di-translate
melalui teks ke dalam Bahasa Inggris. Sesuai dengan uraian tersebut, interaksi budaya
antara beberapa negara tak dapat dihindarkan dari terjadinya akulturasi budaya karena
secara logika jika masyarakat suatu negara menerima suatu budaya tertentu dari
negara lain maka budaya yang mempengaruhinya tersebut akan menyesuaikan dengan
budaya lokal yang telah ada di negara itu (yang dipengaruhi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar