Senin, 01 Oktober 2012

PENDIDIKAN: Observasi Tanggapan Santri Mengenai Teroris


Tanggapan Santri Mengenai Persepsi Masyarakat Bahwa Pesantren Itu Identik dengan Terorisme

Dalam setiap kehidupan pasti ada tantangan yang harus dihadapi oleh setiap orang. Begitu juga dengan keadaan pesantren yang dianggap sebagai tempat pengkaderan teroris bagi sebagian masyarakat. Hal ini adalah tantangan bagi pesantren untuk menjawab persepsi-persepsi tersebut.

Dalam hal ini juga, saya telah melakukan observasi melalui wawancara kepada tiga orang santri yang mengaji di pondok pesantren mereka masing-masing . Saya hanya mengambil tiga orang santri yang mengaji di antara dua pondok pesantren sebagai sampel dari observasi  saya. Mereka di antaranya adalah Mukhlis yang mengaji di pondok pesantren innayatullah, Nandan 20,Yogyakarta, Onto Kusumo yang juga mengaji di Pondok Pesantren Innayatullah,Nandan 20,Yogyakarta, dan Nailul Marom yang mengaji di Pondok Pesantren Al Barokah, Blunyahrejo 1107, Yogyakarta.

Dalam observasi ini, saya menulis secara langsung dari pada kata-kata yang mereka sebutkan. Jadi, observasi ini insyaallah akan memberikan gambaran secara langsung dari pada jawaban-jawaban mereka mengenai persepsi masyarakat bahwa pesantren itu adalah wadah kaderisasi para teroris. Akan tetapi, mohon maaf karena ada sedikit kata-kata yang kurang baku dan mungkin sulit dipahami oleh sebagian pembaca yang harus saya rubah.

Di bawah Ini adalah pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka:

“Apa tanggapan anda dengan persepsi sebagian masyarakat yang menyatakan bahwa pesantren itu adalah wadah kaderisasi para teroris atau identik dengan terorisme?”.

Mukhlis: “Saya kurang setuju dengan pendapat itu. Hal itu mungkin karena kurangnya pemahaman masyarakat akan profil pesantren itu seperti apa. Masyarakat telah terpengaruh dengan gambaran-gambaran yang diberikan oleh orang barat terutama. Mereka telah didoktrin oleh tampilan-tampilan yang menyatakan bahwa pesantren itu identik dengan terorisme. Padahal, pesantren itu bukan teroris. Akan tetapi, pesantren itu adalah wadah untuk menimba ilmu agama bukan untuk menimba ilmu yang berhubungan dengan terorisme. Saya sendiri adalah seorang santri, jadi saya tahu betul bagaimana kondisi pesantren yang sebenarnya . Para masyarakat yang mengatakan bahwa pesantren itu identik dengan terorisme hanyalah keliru dengan berita yang mereka dapatkan diluar sana. Bagaimanapun anggapan buruk masyarakat terhadap pesantren, saya tetap tidak setuju dengan pernyataan mereka”.

Nailul Marom: “Persepsi masyarakat itu salah besar karena sesungguhnya di pesantren itu adalah pengkaderan bagi pemuda-pemuda islam untu menebarkan islam dengan damai bukan dengan kekerasan. Di pesantren, kita diajarkan untuk menghargai orang lain apalagi agama lain. Jadi pesantren bukanlah tempat pengkaderan terorisme. Jika seandainya ada orang yang mengatakan pada saya bahwa pesantren itu adalah terorisme maka saya akan menjelaskan kepada mereka tentang keadaan pesantren yang sebenarnya. Atau pun jika mereka tidak juga yakin dengan apa yang saya jelaskan, maka saya akan ajak mereka untuk mengunjungi pesantren dan melihat secara langsung tentang kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya”.

Onto Kusumo:  “Mungkin harus dikaji ulang. Siapa pun yang belum mengenal profil pesantren itu bagaimana, maka ia jangan sekali-kali mengatakan bahwa teroris itu muncul dari kalangan pesantren, karena terorisme itu sangat jauh dari nilai-nilai kepesantrenan. Seperti pesantren yang saya tempati ini, tidak ada sedikitpun para kiyai atau ustadz yang menyuruh para santri untuk melakukan tindakan terorisme seperti yang dilakukan oleh kalangan tertentu. Mungkin kalangan tertentu ini berasal dari sebuah pesantren yang pemikirannya terlalu menyimpang dari ajaran islam. Sehingga apa yang mereka lakukan telah berdampak buruk bagi pesantren-pesantren lain yang tidak ada sangkut pautnya. Oleh sebab itu, pesantren secara umum tidak seperti yang ditanggapi oleh sebagian masyarakat sebagai wadah kaderisasi para teroris atau pun identik dengan terorisme”.

                Dari beberapa tanggapan santri diatas mengenai persepsi masyarakat bahwa pesantren itu identik dengan terorisme, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pesantren yang melakukan tindakan-tindakan kriminal seperti yang dipandang oleh masyarakat bukanlah berasal dari pesantren-pesantren secara umumnya. Akan tetapi, hanyalah berasal dari kalangan tertentu saja yang pemikirannya sangat berbeda dengan apa yang diajarkan di pesantren pada umumnya.

             Mungkin hanya inilah hasil observasi yang dapat saya sajikan bagi para pembaca. Jika ada kata-kata atau pun pengetikan yang salah, saya pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya.
                                                                                                                                         
             Yogyakarta, 15 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar