Tanggapan Santri Mengenai Persepsi
Masyarakat Bahwa Pesantren Itu Identik dengan Terorisme
Dalam
setiap kehidupan pasti ada tantangan yang harus dihadapi oleh setiap orang.
Begitu juga dengan keadaan pesantren yang dianggap sebagai tempat pengkaderan
teroris bagi sebagian masyarakat. Hal ini adalah tantangan bagi pesantren untuk
menjawab persepsi-persepsi tersebut.
Dalam
hal ini juga, saya telah melakukan observasi melalui wawancara kepada tiga
orang santri yang mengaji di pondok pesantren mereka masing-masing . Saya hanya
mengambil tiga orang santri yang mengaji di antara dua pondok pesantren sebagai
sampel dari observasi saya. Mereka di
antaranya adalah Mukhlis yang mengaji di pondok pesantren innayatullah, Nandan
20,Yogyakarta, Onto Kusumo yang juga mengaji di Pondok Pesantren
Innayatullah,Nandan 20,Yogyakarta, dan Nailul Marom yang mengaji di Pondok
Pesantren Al Barokah, Blunyahrejo 1107, Yogyakarta.
Dalam
observasi ini, saya menulis secara langsung dari pada kata-kata yang mereka
sebutkan. Jadi, observasi ini insyaallah
akan memberikan gambaran secara langsung dari pada jawaban-jawaban mereka
mengenai persepsi masyarakat bahwa pesantren itu adalah wadah kaderisasi para
teroris. Akan tetapi, mohon maaf karena ada sedikit kata-kata yang kurang baku
dan mungkin sulit dipahami oleh sebagian pembaca yang harus saya rubah.
Di bawah Ini adalah
pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka:
“Apa tanggapan anda
dengan persepsi sebagian masyarakat yang menyatakan bahwa pesantren itu adalah
wadah kaderisasi para teroris atau identik dengan terorisme?”.
Mukhlis:
“Saya kurang setuju dengan pendapat itu. Hal itu mungkin karena kurangnya
pemahaman masyarakat akan profil pesantren itu seperti apa. Masyarakat telah
terpengaruh dengan gambaran-gambaran yang diberikan oleh orang barat terutama.
Mereka telah didoktrin oleh tampilan-tampilan yang menyatakan bahwa pesantren
itu identik dengan terorisme. Padahal, pesantren itu bukan teroris. Akan
tetapi, pesantren itu adalah wadah untuk menimba ilmu agama bukan untuk menimba
ilmu yang berhubungan dengan terorisme. Saya sendiri adalah
seorang santri, jadi saya tahu betul bagaimana kondisi pesantren yang
sebenarnya . Para masyarakat yang mengatakan bahwa pesantren itu identik dengan
terorisme hanyalah keliru
dengan berita yang mereka dapatkan diluar sana. Bagaimanapun anggapan buruk
masyarakat terhadap pesantren, saya tetap tidak setuju dengan pernyataan mereka”.
Nailul
Marom: “Persepsi masyarakat itu salah besar karena sesungguhnya di pesantren
itu adalah pengkaderan bagi pemuda-pemuda islam untu menebarkan islam dengan
damai bukan dengan kekerasan. Di pesantren, kita diajarkan untuk menghargai
orang lain apalagi agama lain. Jadi pesantren bukanlah tempat pengkaderan
terorisme. Jika seandainya ada
orang yang mengatakan pada saya bahwa pesantren itu adalah terorisme maka saya
akan menjelaskan kepada mereka tentang keadaan pesantren yang sebenarnya. Atau
pun jika mereka tidak juga yakin dengan apa yang saya jelaskan, maka saya akan
ajak mereka untuk mengunjungi pesantren dan melihat secara langsung tentang
kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya”.
Onto
Kusumo: “Mungkin harus dikaji ulang.
Siapa pun yang belum mengenal profil pesantren itu bagaimana, maka ia jangan
sekali-kali mengatakan bahwa teroris itu muncul dari kalangan pesantren, karena
terorisme itu sangat jauh dari nilai-nilai kepesantrenan. Seperti pesantren
yang saya tempati ini, tidak ada sedikitpun para kiyai atau ustadz yang
menyuruh para santri untuk melakukan tindakan terorisme seperti yang dilakukan
oleh kalangan tertentu. Mungkin kalangan tertentu ini berasal dari sebuah
pesantren yang pemikirannya terlalu menyimpang dari ajaran islam. Sehingga apa
yang mereka lakukan telah berdampak buruk bagi pesantren-pesantren lain yang
tidak ada sangkut pautnya. Oleh sebab itu, pesantren secara umum tidak seperti yang
ditanggapi oleh sebagian masyarakat sebagai wadah kaderisasi para teroris atau
pun identik dengan terorisme”.
Dari beberapa tanggapan santri
diatas mengenai persepsi masyarakat bahwa pesantren itu identik dengan
terorisme, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pesantren yang melakukan
tindakan-tindakan kriminal seperti yang dipandang oleh masyarakat bukanlah
berasal dari pesantren-pesantren secara umumnya. Akan tetapi, hanyalah berasal
dari kalangan tertentu saja yang pemikirannya sangat berbeda dengan apa yang
diajarkan di pesantren pada umumnya.
Mungkin hanya
inilah hasil observasi yang dapat saya sajikan bagi para pembaca. Jika ada
kata-kata atau pun pengetikan yang salah, saya pribadi mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Yogyakarta, 15 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar