Incem; Sang Petualang Hebat Berbasis Semangat
Incem, itulah panggilan yang sering terucap di bibir teman-temannya
kepada seorang wanita yang berasal dari pulau seberang ini, Lombok. Begitu jauh
pula rantauannya menuju Djogjakarta. Dengan berbekal semangat yang tinggi, ia
berani mengadu nasib untuk melanjutkan study di negeri orang. Sebagai
orang yang asing ketika pertama kali menginjakkan kaki di Djogja, bukanlah hal
yang mustahil untuk berkarya di tempurung orang lain. Dia bisa dikatakan sebagai
wanita yang tangguh akan tantangan, oleh sebab kemampuannya dalam menaklukkan
hutan belantara, terowongan bebatuan (goa), dan aliran
sungai yang begitu deras. Selain itu, ia juga aktif dalam expedisi-expedisi
tertentu dalam membangun kualitas masyarakat terpencil.
Incem
atau dengan nama lengkap Sri Rahmawati ini adalah seorang aktivis sejati yang
terlahir dari kecintaannya terhadap alam. “….saya aktif dalam kegiatan seperti ini
sudah sejak SMA dulu….,” demikianlah kurang lebih ungkapnya ketika di interview. Hal
yang paling mengagumkan lagi adalah ia aktif di MAPAGAMA (Mahasiswa Pencinta
Alam Gadjah Mada) semenjak pertama kali mengenyam pendidikan di UGM, yaitu pada
tahun 2009 hingga sekarang. Mungkin, kata ‘bosan’ akan muncul di benak kita
ketika berkecimpung di suatu instansi dengan jangka waktu yang cukup lama,
apalagi tenaga, waktu, dan mungkin bahkan harta pun akan banyak terbuang karena
aplikasi dari pada program-program instansi tersebut. Namun bosan bukan berarti
kalah, karena bagi wanita ini
kata ‘kalah’
tidaklah cocok untuk dirinya. Perjuangan akan selalu ada untuk menghancurkan sikap bosan
yang ada dalam jiwanya.
Selain
sebagai wanita pencinta alam, ia juga aktif di berbagai organisasi atau
instansi tertentu lainnya, seperti SEMATA WAYANG (Sekumpulan Mahasiswa Pencinta
Wayang) pada tahun 2010 dan juga di KPTY (Komunitas Panjat Tebing Yogyakarta)
pada tahun 2010 hingga sekarang. Memang, yang satu ini agak terdengar extreme,
yang mana keberanian adalah kunci utama untuk memanjat ketinggian yang mencapai
puluhan hingga mungkin ratusan meter. Akan tetapi, rasa takut itu pun kalah dan
tidak mampu untuk mempengaruhi keberanian dan tekadnya. Sehingga
pentingya, dari
segi keberanian yang ia miliki, sangat perlu untuk dicontoh. Namun, hal keberanian
tidak hanya dari segi petualangan, tapi ada juga dari sisi lain yang ada dalam
kehidupan kita, seperti berani dalam bertanggungjawab, berani berbuat benar,
berani menanggung resiko, dan sebagainya, tergantung dari keahlian kita untuk
memanfaatkan keberanian tersebut. Akan tetapi pula, keberanian harus
dibarengi dengan kebenaran dan mengundang banyak manfaat bagi diri sendiri dan
orang lain.
Ketika
di interview lebih jauh lagi, ia pun bercerita mengenai salah satu
program besar yang pernah dilakasanakan oleh MAPAGAMA, yaitu tepatnya pada
bulan Juli 2011. Ini merupakan ekspedisi menuju sebuah desa percontohan selama
kurang lebih dua puluh hari. Desa ini memberikan kontribusi yang besar dalam
melestarikan simbol healthy human and nature. Desa ini juga
merupakan salah satu desa penghasil kopi di Indonesia dan namanya pun mugkin agak
terdengar asing di telinga banyak orang, yaitu Desa Bone-bone di Sulawesi
Selatan. Selain namanya yang mungkin terdengar asing, program yang dijalankan
pun lebih asing lagi karena desa ini adalah yang mungkin satu-satunya di Indonesia
sebagai desa yang penduduknya dilarang untuk merokok. Jika melanggar pasti ada
sanksi; salah satu yang sangat unik adalah ketika seseorang merokok dan
ketahuan, maka ia akan dihukum dengan menyuruhnya berteriak di dalam masjid
seraya mengatakan dengan lantang bahwa ia berjanji untuk tidak merokok lagi. Hal
seperti ini mungkin agak lucu, tapi memberikan kontribusi yang besar bagi
kesaehatan rakyat dan terlebih kenyamanan lingkungan alamnya.
Dalam
ekspedisi ini juga, mereka segenap crew MAPAGAMA melaksanakan beberapa program penting
yang telah dipersiapkan dengan matang sebelum keberangkatan. Program-program
ini antara lain adalah petualangan, pengabdian pada masyarakat, dan penelitian.
Wanita
ini pun tidak hanya bercerita tentang semangatnya dalam dunia adventure, institusi
, dan sociality. Akan tetapi, ia juga menoreh tinta-tinta kebijaksanaan
bagi para pencinta alam yang seharusnya memberikan contoh dan semangat yang
tinggi pada mereka generasi sekarang dan yang akan datang. “Harapan saya kepada kepada para pecinta alam,
harus selalu konsisten dan sadar dalam setiap gerakan yang mereka lakukan dan harus
memberikan contoh yang baik. Oleh karena, sering terjadi ketika para pecinta alam
pergi mendaki gunung, mereka membuang sampah di gunung tersebut dan
meninggalkannya begitu saja” begitulah kurang lebih tutur nasehat yang Incem
utarakan. Hal seperti ini memang sering tidak disadari banyak orang, khususnya bagi sebagian
pecinta alam itu
sendiri. Jadi, alangkah seriusnya permasalahan ini jika tidak segera diperbaiki
terutama berawal dari perbaikan diri masing-masing, agar nantinya hal seperti
ini tidak menjadi tradisi turun menurun dalam ranah pecinta alam, khususnya. Selain itu juga, ia menegaskan bahwa agar para pemerintah
bertindak tegas kepada para penindas alam dan pelaku illegal logging dengan
tidak melupakan konsekuensinya. Dengan kata lain, selain menindak tegas, pemerintah
juga harus menyiapkan lapangan pekerjaan yang layak agar mereka tidak kelabakan
dalam mencari penghidupan.
Demikianlah
beberapa hal penting yang kiranya bisa kita petik dari tokoh seorang Incem yang
dikenal dengan semangat dan kegigihannya dalam mencintai alam sekitar. Tidak
lupa pula, agar kita senantiasa menyadari nasehat-nasehat yang telah ia
utarakan agar kiranya nanti bisa menjadi pelajaran dan improvisasi dalam diri
kita. Namun, ada lagi hal lain yang juga penting dan memang perlu kita pikirkan
dan kita simpan dalam memori kita, agar apapun yang kita lakukan untuk
masyarakat dan alam, tidaklah mengganggu konsentrasi kita pada hal lain yang
mungkin juga penting bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar