Senin, 01 Oktober 2012

PENDIDIKAN; SOSOK PEJUANG TIADA HENTI



Incem; Sang Petualang Hebat Berbasis Semangat

Incem, itulah panggilan yang sering terucap di bibir teman-temannya kepada seorang wanita yang berasal dari pulau seberang ini, Lombok. Begitu jauh pula rantauannya menuju Djogjakarta. Dengan berbekal semangat yang tinggi, ia berani mengadu nasib untuk melanjutkan study di negeri orang. Sebagai orang yang asing ketika pertama kali menginjakkan kaki di Djogja, bukanlah hal yang mustahil untuk berkarya di tempurung orang lain. Dia bisa dikatakan sebagai wanita yang tangguh akan tantangan, oleh sebab kemampuannya dalam menaklukkan hutan belantara, terowongan bebatuan (goa),  dan aliran sungai yang begitu deras. Selain itu, ia juga aktif dalam expedisi-expedisi tertentu dalam membangun kualitas masyarakat terpencil.

            Incem atau dengan nama lengkap Sri Rahmawati ini adalah seorang aktivis sejati yang terlahir dari kecintaannya terhadap alam. “….saya aktif dalam kegiatan seperti ini sudah sejak SMA dulu….,demikianlah kurang lebih ungkapnya ketika di interview. Hal yang paling mengagumkan lagi adalah ia aktif di MAPAGAMA (Mahasiswa Pencinta Alam Gadjah Mada) semenjak pertama kali mengenyam pendidikan di UGM, yaitu pada tahun 2009 hingga sekarang. Mungkin, kata ‘bosan’ akan muncul di benak kita ketika berkecimpung di suatu instansi dengan jangka waktu yang cukup lama, apalagi tenaga, waktu, dan mungkin bahkan harta pun akan banyak terbuang karena aplikasi dari pada program-program instansi tersebut. Namun bosan bukan berarti kalah, karena bagi wanita ini kata ‘kalah’ tidaklah cocok untuk dirinya. Perjuangan akan selalu ada untuk menghancurkan sikap bosan yang ada dalam jiwanya.

            Selain sebagai wanita pencinta alam, ia juga aktif di berbagai organisasi atau instansi tertentu lainnya, seperti SEMATA WAYANG (Sekumpulan Mahasiswa Pencinta Wayang) pada tahun 2010 dan juga di KPTY (Komunitas Panjat Tebing Yogyakarta) pada tahun 2010 hingga sekarang. Memang, yang satu ini agak terdengar extreme, yang mana keberanian adalah kunci utama untuk memanjat ketinggian yang mencapai puluhan hingga mungkin ratusan meter. Akan tetapi, rasa takut itu pun kalah dan tidak mampu untuk mempengaruhi keberanian dan tekadnya. Sehingga pentingya, dari segi keberanian yang ia miliki, sangat perlu untuk dicontoh. Namun, hal keberanian tidak hanya dari segi petualangan, tapi ada juga dari sisi lain yang ada dalam kehidupan kita, seperti berani dalam bertanggungjawab, berani berbuat benar, berani menanggung resiko, dan sebagainya, tergantung dari keahlian kita untuk memanfaatkan keberanian tersebut. Akan tetapi pula, keberanian harus dibarengi dengan kebenaran dan mengundang banyak manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

            Ketika di interview lebih jauh lagi, ia pun bercerita mengenai salah satu program besar yang pernah dilakasanakan oleh MAPAGAMA, yaitu tepatnya pada bulan Juli 2011. Ini merupakan ekspedisi menuju sebuah desa percontohan selama kurang lebih dua puluh hari. Desa ini memberikan kontribusi yang besar dalam melestarikan simbol healthy human and nature. Desa ini juga merupakan salah satu desa penghasil kopi di Indonesia dan namanya pun mugkin agak terdengar asing di telinga banyak orang, yaitu Desa Bone-bone di Sulawesi Selatan. Selain namanya yang mungkin terdengar asing, program yang dijalankan pun lebih asing lagi karena desa ini adalah yang mungkin satu-satunya di Indonesia sebagai desa yang penduduknya dilarang untuk merokok. Jika melanggar pasti ada sanksi; salah satu yang sangat unik adalah ketika seseorang merokok dan ketahuan, maka ia akan dihukum dengan menyuruhnya berteriak di dalam masjid seraya mengatakan dengan lantang bahwa ia berjanji untuk tidak merokok lagi. Hal seperti ini mungkin agak lucu, tapi memberikan kontribusi yang besar bagi kesaehatan rakyat dan terlebih kenyamanan lingkungan alamnya.

            Dalam ekspedisi ini juga, mereka segenap crew  MAPAGAMA melaksanakan beberapa program penting yang telah dipersiapkan dengan matang sebelum keberangkatan. Program-program ini antara lain adalah petualangan, pengabdian pada masyarakat, dan penelitian.

            Wanita ini pun tidak hanya bercerita tentang semangatnya dalam dunia adventure, institusi , dan sociality. Akan tetapi, ia juga menoreh tinta-tinta kebijaksanaan bagi para pencinta alam yang seharusnya memberikan contoh dan semangat yang tinggi pada mereka generasi sekarang dan yang akan datang. “Harapan saya kepada kepada para pecinta alam, harus selalu konsisten dan sadar dalam setiap gerakan yang mereka lakukan dan harus memberikan contoh yang baik. Oleh karena, sering terjadi ketika para pecinta alam pergi mendaki gunung, mereka membuang sampah di gunung tersebut dan meninggalkannya begitu saja” begitulah kurang lebih tutur nasehat yang Incem utarakan. Hal seperti ini memang sering tidak disadari banyak orang, khususnya bagi sebagian pecinta alam itu sendiri. Jadi, alangkah seriusnya permasalahan ini jika tidak segera diperbaiki terutama berawal dari perbaikan diri masing-masing, agar nantinya hal seperti ini tidak menjadi tradisi turun menurun dalam ranah pecinta alam, khususnya. Selain itu juga, ia menegaskan bahwa agar para pemerintah bertindak tegas kepada para penindas alam dan pelaku ­illegal logging dengan tidak melupakan konsekuensinya. Dengan kata lain, selain menindak tegas, pemerintah juga harus menyiapkan lapangan pekerjaan yang layak agar mereka tidak kelabakan dalam mencari penghidupan.

            Demikianlah beberapa hal penting yang kiranya bisa kita petik dari tokoh seorang Incem yang dikenal dengan semangat dan kegigihannya dalam mencintai alam sekitar. Tidak lupa pula, agar kita senantiasa menyadari nasehat-nasehat yang telah ia utarakan agar kiranya nanti bisa menjadi pelajaran dan improvisasi dalam diri kita. Namun, ada lagi hal lain yang juga penting dan memang perlu kita pikirkan dan kita simpan dalam memori kita, agar apapun yang kita lakukan untuk masyarakat dan alam, tidaklah mengganggu konsentrasi kita pada hal lain yang mungkin juga penting bagi kita.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar