Selasa, 02 Oktober 2012

PENDIDIKAN; WAWANCARA SEPUTAR KEHIDUPAN SENIMAN



Para Pelaku Seni di Era Modern

                      1.      Pendahuluan

                Seni pada awalnya merupakan proses dari manusia. Oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Pada saat-saat sekarang,seni bisa dilihat melalui berbagi media seiring berkembangnya zaman. Seni juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan atau estetika.
Seni begitu sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Masing-masing individu seniman cenderung memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih media, dan suatu set peraturan untuk penggunaan media itu.
Suatu paket nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat media itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, ungkapan, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk media itu. Walaupun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain pada masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk.
Berbagai macam seni tradisional kini kurang diminati oleh masyarakat. Misalnya saja ketoprak. Padahal, ketoprak merupakan budaya asli Indonesia, tapi peenduduk Indonesia malah cenderung berminat pada budaya barat. Seni lain yang juga kadang kurang diminati adalah melukis secara manual. Kini seiring berkembangnya teknologi orang-orang lebih memilih menggunakan program-program tertentu untuk membuat gambar.
Laporan ini bertujuan untuk memperlihatkan profil para seniman serta perkembangan seni yang tengah berkembang di lingkungan kampus dan perbedaan yang ada dengan perkembangan seni di luar kampus. Selain itu, laporan ini juga ingin menunjukkan perbedaan kontras pada eksistensi seniman kampus dan seniman di luar kampus.

 2.      Wawancara dengan Seniman Kampus dan Seniman Luar Kampus

a.      Seniman Kampus

Nama                                       : Tri Widyarto
Tempat/Tanggal lahir              : Sleman, 26 Juli 1989
Alamat                                    : Talak Ijo, Trihardjo, Sleman, D.I. Yogyakarta
Anak ke                                   : 3 dari 3 bersaudara
Pekerjaan                                 : Mahasiswa
No. Telpon / E-mail                 : 08985007117 / trexerr@yahoo.com

Tanya  : Mas mulai kenal dengan dunia Seni, khususnya Ketoprak ini semenjak kapan?
Jawab : Saya mulai kenal dengan dunia ketoprak ini semenjak saya masuk fakultas ini, itu pada tahun 2009.
Tanya : Sudah berapa lama Mas Tri aktif dalam dunia Ketoprak ini?
Jawab  : Kurang lebih saya sudah aktif mengikuti Ketoprak ini selama 3 tahun.
Tanya  : Kesannya apa mas? Kenapa milih seni ketoprak daipada seni yang lainnya?
Jawab  : Ketoprak itu asyik dan seru untuk dipelajari. Seni yang sederhana, tapi bisa di mix dengan seni yang lain sehingga menghasilkan karya yang lebih menarik. Yang menarik lagi, ketoprak ini dimainkan secara spontan, jadi mampu mengasah konsentrasi kita juga.
Tanya : Yang memotivasi Mas Tri bermain ketoprak ini siapa? Ada tidak?
Jawab : Sebenarnya bukan motivasi. Mungkin sudah dari darah bapak saya. Bapak saya dulu juga pemain ketoprak, kakek saya yang memberitahu tahu saya. Bapak saya tidak pernah memberitahu saya kalau dia dahulunya pemain ketoprak juga.
Tanya  : Kalau boleh tau. Nama Grup Ketoprak di FIB ini apa Mas? Struktur organisasi dan anggotanya bagaimana aktivitasnya dan perlengkapan nya?
Jawab  : Nama Grup Ketoprak nya itu Ketoprak Lesung Sastra Budaya. Dalam grup ini terbagi menjadi 4 manajemen. Manajemen panggung yang bertugas mengatur tata panggung, manajemen produksi yang bertugas memproduksi alur cerita, manajemen make-up dan wardrobe, dan manajemen musik. Anggota yang aktifnya ada 18 orang, namun bila perlu pemain tambahan, kita mengajak atau merekrut mahasiswa-mahasiswa yang masih aktif di FIB. Lalu, kalau kostum biasanya kami menyewa. Kami juga memiliki kostum sendiri tapi jumlahnya terbatas.
Tanya : Ketoprak ini jadwal latihan tetapnya kapan? Ada pelatihnya tidak?
Jawab : Setiap hari kamis. Pelatihnyanya kakak angkatan, kadang-kadang alumni dari ketoprak ini juga melatih kami.
Tanya : Adakah kendala dalam perjalanan Mas selama 3 tahun di Ketoprak ini?
Jawab  : Ada, yaitu sulitnya mencari dana untuk pagelaran.
Tanya : Dukungan dari dosen ada apa tidak?
Jawab : Ada, tapi bukan secara materiil melainkan secara moral, seperti mengundang dalam suatu acara kampus.
Tanya : Pertanyaan terakhir mas. Harapan mas untuk Ketoprak Lesung Sastra Budaya ini apa?
Jawab : Harapannya ya ingin grup ini tidak hanya main di lingkungan kampus. Kalo harapan lebih tingginya lagi bisa di undang ke universitas lain yang di luar kota

                Tri Widyarto atau Tri yang merupakan kelahiran 26 Juli 1989 adalah seorang mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Anak ke-3 dari tiga bersaudara ini menyukai ketoprak. Ia mulai masuk kedalam dunia ketoprak pertama kali semenjak masuk kuliah di UGM pada tahun 2009 hingga sekarang ini. Alasan Tri atau Mas Tri menggeluti dunia ketoprak karena seni yang satu ini menarik, karena dari seni yang sederhana yang bias di gabungkan dengan seni lain sehingga lebih menarik. Bagi dia yang lebih menarik dari ketoprak ini, yaitu akting nya secara spontan dengan improvisasi masing-masing individu. Beliau berkata bahwa ketoprak ini sudah mendarah daging dari bapaknya. Itupun beliau mengetahui dari cerita Eyang nya.
            Kelompok atau grup ketopraknya bernama Ketoprak Lesung Sastra Budaya. Biasanya mengadakan latihan setiap kamis sore. Dalam grup ketoprak ini terbagi dalam empat manajemen, yaitu manajemen panggung yang bertugas mengatur dan mencari panggung atau tempat pementasan, manajemen produksi yang bertugas memproduksi karya ketoprak yang akan dipentaskan, manajemen make-up dan wardrobe, dan manajemen musik pengiring. Anggota yang aktif saat ini ada 18 orang.
Kendala yang paling berpengaruh dalam ketoprak ini adalah susah dalam mencari dana, dan beliau juga berkata kostum dalam ketoprak terbatas sehingga harus menyewa. Dukungan dari dosen memang ada, namun bukan sebagi materil melainkan dosen mengundang untuk tampil di acara kampus. Harapan Mas Tri untuk Ketoprak Lesung agar bisa mementaskan hasil karyanya keluar UGM hingga universitas-universitas diluar kota Yogyakarta.

b.      Seniman Luar Kampus

Nama                           : Mono
            Tempat, tanggal lahir  : Purworejo, 12 Mei 1990
            Alamat asal                 : Baledono, Purworejo, Jawa Tengah
Tempat kerja               : Pigura “Kappie” utara perempatan Sagan
            Pekerjaan                     : Seniman lukis wajah dan pembuat pigura
            No. Telepon                : 087839564661
           
Tanya  : Sudah berapa lama anda menekuni bidang ini?
Tanya  : Dari siapa anda belajar melukis? Siapa yang mengajari anda?
Jawab  : Saya berlajar melukis itu dari kakak saya. Beliau juga seorang pelukis.
Tanya  : Berapa lama anda belajar melukis hingga bisa atau ahli seperti sekarang?
Jawab  : Saya belajar melukis sampai bisa seperti sekarang memakan waktu sekitar lima bulan. Saya juga belajar sendiri agar lebih mampu melatih kepekaan terhadap seni.
Tanya  : Apa saja kunci agar bisa ahli ataupun menguasai dalam bidang ini?
Jawab  :Hal terpenting adalah kesabaran. Siapapun harus sabar ketika mempelajari sesuatu. Hal ini sangat berguna karena jika seseorang tidak sabar maka dia akan mudah putus asa dan bidang yang akan dipelajari menjadi sulit dikuasai.
Tanya  : Apa saja yang anda lakukan atau kerjakan selama menekuni bidang seni?
Jawab  : Saya membuat lukisan dan juga pigura.
Tanya  : Lukisan jenis apa yang biasanya anda buat?
Jawab  : Saya biasanya membuat lukisan jenis pemandangan alam, binatang-binatang, dan sketsa wajah manusia. Namun, sebagian besar karya saya adalah hasil pesanan dari para pembeli ataupun pelanggan sehingga sangat beraneka ragam.
Tanya  : Kalau kami boleh tahu, berapa harga per sketsa wajah manusia?
Jawab  : Harga untuk menggambar sketsa wajah manusia hingga jadi adalah seratus lima puluh ribu rupiah.
Tanya  :  Apa harga itu sudah termasuk dengan piguranya?
Jawab  : Belum.
Tanya  : Kalau untuk harga pigura itu sendiri berapa harganya?
Jawab  : Pigura memilik harga bermacam-macam. Harganya berkisar dari dua puluh lima ribu sampai tiga puluh ribu rupiah tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan untuk membuatnya. Sertabahan untuk membuatnya. Pigura yang menggunakan kaca memiliki harga tiga puluh ribu.
Tanya  : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah pigura?
Jawab  : Untuk membuat pigura dibutuhkan waktu sekitarlima belas menit.
Tanya  :  Apa anda pernah mengalami hal yang kurang berkenan ketika menekuni bidang seni ini?
Jawab  : Alhamdulillah Selma ini saya belum pernah mengalami hambatan yang begitu berarti. Hanya masalah-masalah kecil saja yang saya alami dan semuanya masih bisasaya atasi dengan mudah.


Wawancara bersama seorang seniman di daerah Sagan. Narasumber bernama Mono. Dia bukan merupakan orang asli Jogjakarta. Dia berasal dari Purworejo, Jawa Tengah. Alamat rumahnya di Purworejo adalah di daerah Baledono. Mas Mono lahir pada tanggal 12 Mei 1990. Sekarang di berusia 21 tahun.
Mono sudah menekuni bidang seni kurang lebih selama tujuh tahun. Dia memilihuntuk menekuni bidang seni itu daripada melanjutkan sekolah menuju jenjang yang lebih tinggi. Ibunya juga mengizinkan Mono untuk menguasai seni dan mengembangkan bakatnya. Mono mempelajari seni dari kakaknya. Kakaknya juga merupakan seorang seniman. Dia adalah seorang pelukis yang cukup mahir di bidangnya. Mono sangat giat saat belajar melukis dari kakaknya. Dia belajar kurang lebih selama lima bulan sehingga dia bisa menguasai kemampuannya dalam melukis. Awalnya dia memiliki kesulitan dalam belajar melukis. Namaun, dia tetap giat berlatih agar apa yang dia inginkan  dapat terwujud.

      3.      Analisis Kelompok

Yogyakarta merupakan salah satu kota tempat berkumpulnya sejumlah seniman dari berbagai daerah di Indonesia, yang telah membukakan cakrawala baru bagi mereka untuk mengembangkan berbagai kemungkinan dalam aktivitas berkesenian. Beberapa kesenian yang mereka jalani adalah seni lukis yang merupakan cabang dari seni rupa dan sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kain kanvas, kertas, papan, danbahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imajinasi tertentu kepada media yang digunakan.
Pada zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan karena terlalu kuatnya pengaruh keagamaan. Ilmu pengetahuan dianggap sihir di zaman itu, sehingga kontroversi pun berlaluan menghantam karya seni tersebut. Tekanan karya pun semakin merujam sehingga seni lukis semakin melenyapkan diri dari peradaban manusia. Pada perkembangannya kini seni klasik kurang diminati. Masyarakat lebih cenderung berminat ke seni modern.
Hal tersebut memang akibat yang tak bisa dihindari dari perkembangan teknologi yang begitu pesatnya. Kini banyak seniman yang telah beralih menuju seni digital; yakni seni yang menggunakan media komputer atau sebagainya dalam proses pembuatannya. Secara tidak langsung hal tersebut juga menyebabkan berkurangnya “lahan” mencari nafkah bagi para seniman. Contoh kongkretnya adalah Mono, salah satu narasumber kami. Secara implisit dari hasil wawancara kami ia ingin mengatakan bahwa jasa lukis wajah sudah berkurang banyak peminatnya. Dalam sehari ia belum tentu bisa memperoleh “order” dari pelanggan yang ingin dilukis wajahnya. Padahal ia dapat memperoleh rupiah yang tidak sedikitdari jasa yang ia tawarkan, yakni Rp 150.000,00 per lukisan.
Selain itu, tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap masa depan seseorang. Sebagai seorang yang tidak dapat menyelesaikan pendidikannya lebih lanjut, Mono tidak mempunyai banyak pilihan di dalam hidupnya. Andaikan ia dahulu memperoleh pendidikan hingga tingkat SMA atau SMK saja, ia mungkinbisa menjadi seorang desainer professional yang setidaknya mempunyai penghasilan tetap yang layak. Namun, apa boleh buat tuturnya. Pendidikan yang rendah ini telah menghantarkannya kepada pekerjaan yang tak menentu penghasilannya. Ia ingin sekali jika suatu saat nanti bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih memuaskan dan menghasilkan.
Akan tetapi, hal itu hanya sebatas mimpi yang terbang jauh. Penantian itu tak membuat bingung hati Mono. Ia terus berjuang meniti karir di balik lukisan yang elok. Masalah pun sering datang, namun ia tetap bersyukur karena permasalahan tersebut tidak terlalu menyulitkannya dalam mencari solusi yang tepat. 
Tujuh tahun merupakan waktu yang tidak singkat untuk terus konsisten dalam mengggeluti pekerjaan ini. Akan tetapi, Mono memang orang yang tegar dan tabah. “Kadang-kadang tak ada pembeli”, tuturnya. Namun hal itu memang bukan hambatan karena sudah hukum alam jika ada resiko dalam penjualan jasa.

      4.      Penutup

Dari hasil wawancara dan analisis kelompok kami, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor pendidikan sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang di masa mendatang. Mono yang tidak tamat SMP tidak mempunyai banyak pilihan di dalam hidupnya. Ia terpaksa bekerja serabutan sebagai pelukis wajah dan pembuat pigura.
Sedangkan, Tri, seorang mahasiswa dapat memilih ketoprak sebagai seni yang ia sukai dan bergabung dengan kelompok Ketoprak Lesung Sastra Budaya. Sebagai orang berpendidikan, ia memang berhak untuk memilih jalan hidupnya. Tri memilih ketoprak untuk menyalurkan bakat seninya, tidak lebih (hingga saat ini). Keadaan ini memang sangat bertentangan dengan Mono yang mau tidak mau harus hidup dengan kondisi yang kurang layak.
Di samping itu, perkembangan seni yang ada di lingkungan kampus dan di luar kampus memang sangat kontras. Hal tersebut dibuktikan dengan berkembangnya kesenian ketoprak di Fakultas Ilmu Budaya. Sedangkan, di luar sana kesenian melukis, khususnya melukis wajah, seperti di ujung tanduk. Serbuan kesenian digital seakan telah menelan kesenian yang dibuat dengan tangan.
Pemerintah sebaiknya memperhatikan masyarakat kecil seperti Mono yang mendapat banyak kesulitan dalam hidupnya. Dengan kemampuan yang terbatas ia harus bersaing dengan derasnya kesenian digital. Pemerintah bisa membuat program penyuluhan melek teknologi bagi orang kecil seperti Mono agar tetap eksis dan dapat bertahan di zaman yang semakin tidak ramah bagi orang kecil ini.


1 komentar: