Para Pelaku Seni di Era Modern
1. Pendahuluan
Seni pada
awalnya merupakan proses
dari manusia. Oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Pada saat-saat
sekarang,seni bisa dilihat melalui
berbagi media seiring
berkembangnya
zaman. Seni juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang diciptakan manusia yang
mengandung unsur keindahan atau estetika.
Seni
begitu sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Masing-masing individu seniman cenderung memilih sendiri peraturan dan
parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni
adalah proses dan produk dari memilih media,
dan suatu set peraturan untuk penggunaan media itu.
Suatu
paket nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi
lewat media itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, ungkapan, atau
perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk media itu. Walaupun demikian,
banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain pada masa lalu, dan juga
beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat
simbolisme dan bentuk.
Berbagai
macam seni tradisional kini kurang diminati oleh masyarakat. Misalnya saja ketoprak.
Padahal, ketoprak merupakan budaya asli Indonesia, tapi peenduduk Indonesia malah
cenderung berminat pada budaya barat. Seni lain yang juga kadang kurang
diminati adalah melukis secara manual. Kini seiring berkembangnya teknologi orang-orang
lebih memilih menggunakan program-program tertentu untuk membuat gambar.
Laporan ini bertujuan untuk memperlihatkan profil para
seniman serta perkembangan seni yang tengah berkembang di lingkungan kampus dan
perbedaan yang ada dengan perkembangan seni di luar kampus. Selain itu, laporan
ini juga ingin menunjukkan perbedaan kontras pada eksistensi seniman kampus dan
seniman di luar kampus.
2.
Wawancara dengan Seniman Kampus dan Seniman Luar
Kampus
a.
Seniman Kampus
Nama : Tri
Widyarto
Tempat/Tanggal
lahir : Sleman, 26 Juli 1989
Alamat
: Talak
Ijo, Trihardjo, Sleman, D.I. Yogyakarta
Anak
ke : 3
dari 3 bersaudara
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanya : Mas mulai kenal dengan dunia Seni, khususnya Ketoprak ini
semenjak kapan?
Jawab
: Saya mulai kenal dengan dunia ketoprak
ini semenjak saya masuk fakultas ini, itu pada tahun 2009.
Tanya
: Sudah berapa lama Mas Tri aktif dalam
dunia Ketoprak ini?
Jawab : Kurang lebih saya sudah aktif mengikuti
Ketoprak ini selama 3 tahun.
Tanya : Kesannya apa mas? Kenapa milih seni
ketoprak daipada seni yang lainnya?
Jawab : Ketoprak itu asyik dan seru untuk
dipelajari. Seni yang sederhana, tapi bisa di mix dengan seni yang lain
sehingga menghasilkan karya yang lebih menarik. Yang menarik lagi, ketoprak ini
dimainkan secara spontan, jadi mampu mengasah konsentrasi kita juga.
Tanya
: Yang memotivasi Mas Tri bermain
ketoprak ini siapa? Ada tidak?
Jawab
: Sebenarnya bukan motivasi. Mungkin sudah dari
darah bapak saya. Bapak saya dulu juga pemain ketoprak, kakek saya yang
memberitahu tahu
saya. Bapak saya tidak
pernah memberitahu saya kalau dia dahulunya pemain ketoprak juga.
Tanya : Kalau boleh tau. Nama Grup Ketoprak di FIB
ini apa Mas? Struktur organisasi dan anggotanya bagaimana aktivitasnya dan
perlengkapan nya?
Jawab : Nama Grup Ketoprak nya itu Ketoprak Lesung
Sastra Budaya. Dalam grup ini terbagi menjadi 4 manajemen. Manajemen panggung yang
bertugas mengatur tata panggung, manajemen
produksi yang
bertugas memproduksi alur cerita, manajemen
make-up dan wardrobe, dan manajemen
musik. Anggota yang aktifnya ada 18 orang, namun bila perlu pemain tambahan,
kita mengajak atau merekrut mahasiswa-mahasiswa yang masih aktif di FIB. Lalu,
kalau kostum biasanya kami menyewa. Kami juga memiliki kostum sendiri tapi
jumlahnya terbatas.
Tanya
: Ketoprak ini jadwal latihan tetapnya
kapan? Ada pelatihnya tidak?
Jawab
: Setiap hari kamis. Pelatihnyanya kakak
angkatan, kadang-kadang alumni dari ketoprak ini juga melatih kami.
Tanya
: Adakah kendala dalam perjalanan Mas
selama 3 tahun di Ketoprak ini?
Jawab
:
Ada, yaitu sulitnya mencari dana
untuk pagelaran.
Tanya
: Dukungan dari dosen ada apa tidak?
Jawab
: Ada, tapi bukan secara materiil melainkan secara
moral, seperti mengundang dalam suatu acara kampus.
Tanya
: Pertanyaan terakhir mas. Harapan mas
untuk Ketoprak Lesung Sastra Budaya ini apa?
Jawab : Harapannya ya ingin grup ini tidak hanya main di lingkungan kampus.
Kalo harapan lebih tingginya lagi bisa di undang ke universitas lain yang di
luar kota
Tri Widyarto atau Tri yang merupakan kelahiran 26 Juli
1989 adalah seorang mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gadjah Mada. Anak ke-3 dari tiga bersaudara ini menyukai ketoprak. Ia
mulai masuk kedalam dunia ketoprak pertama kali semenjak masuk kuliah di UGM
pada tahun 2009 hingga sekarang ini. Alasan Tri atau Mas Tri menggeluti dunia
ketoprak karena seni yang satu ini menarik, karena dari seni yang sederhana
yang bias di gabungkan dengan seni lain sehingga lebih menarik. Bagi dia yang
lebih menarik dari ketoprak ini, yaitu akting nya secara spontan dengan
improvisasi masing-masing individu. Beliau berkata bahwa ketoprak ini sudah
mendarah daging dari bapaknya. Itupun beliau mengetahui dari cerita Eyang nya.
Kelompok
atau grup ketopraknya bernama Ketoprak Lesung Sastra Budaya. Biasanya mengadakan
latihan setiap kamis sore. Dalam grup ketoprak ini terbagi dalam empat manajemen,
yaitu manajemen panggung yang bertugas mengatur dan mencari panggung atau
tempat pementasan, manajemen produksi yang bertugas memproduksi karya ketoprak
yang akan dipentaskan, manajemen make-up dan wardrobe, dan manajemen musik
pengiring. Anggota yang aktif saat ini ada 18 orang.
Kendala yang paling berpengaruh dalam ketoprak ini
adalah susah dalam mencari dana, dan beliau juga berkata kostum dalam ketoprak
terbatas sehingga harus menyewa. Dukungan dari dosen memang ada, namun bukan
sebagi materil melainkan dosen mengundang untuk tampil di acara kampus. Harapan
Mas Tri untuk Ketoprak Lesung agar bisa mementaskan hasil karyanya keluar UGM
hingga universitas-universitas diluar kota Yogyakarta.
b.
Seniman Luar Kampus
Nama : Mono
Tempat, tanggal lahir : Purworejo, 12 Mei 1990
Alamat asal : Baledono, Purworejo, Jawa Tengah
Tempat
kerja : Pigura “Kappie”
utara perempatan Sagan
Pekerjaan : Seniman lukis wajah dan pembuat pigura
No. Telepon : 087839564661
Tanya : Sudah berapa lama anda menekuni bidang ini?
Tanya : Dari siapa anda belajar melukis? Siapa yang
mengajari anda?
Jawab : Saya berlajar melukis itu dari kakak saya.
Beliau juga seorang pelukis.
Tanya : Berapa lama anda belajar melukis hingga bisa
atau ahli seperti sekarang?
Jawab : Saya belajar melukis sampai bisa seperti
sekarang memakan waktu sekitar lima bulan. Saya juga belajar sendiri agar lebih
mampu melatih kepekaan terhadap seni.
Tanya : Apa saja kunci agar bisa ahli ataupun
menguasai dalam bidang ini?
Jawab :Hal terpenting adalah kesabaran. Siapapun
harus sabar ketika mempelajari sesuatu. Hal ini sangat berguna karena jika
seseorang tidak sabar maka dia akan mudah putus asa dan bidang yang akan
dipelajari menjadi sulit dikuasai.
Tanya : Apa saja yang anda lakukan atau kerjakan
selama menekuni bidang seni?
Jawab : Saya membuat lukisan dan juga pigura.
Tanya : Lukisan jenis apa yang biasanya anda buat?
Jawab : Saya biasanya membuat lukisan jenis
pemandangan alam, binatang-binatang, dan sketsa wajah manusia. Namun, sebagian
besar karya saya adalah hasil pesanan dari para pembeli ataupun pelanggan
sehingga sangat beraneka ragam.
Tanya : Kalau kami boleh tahu, berapa harga per
sketsa wajah manusia?
Jawab : Harga untuk menggambar sketsa wajah manusia
hingga jadi adalah seratus lima puluh ribu rupiah.
Tanya : Apa
harga itu sudah termasuk dengan piguranya?
Jawab : Belum.
Tanya : Kalau untuk harga pigura itu sendiri berapa
harganya?
Jawab : Pigura memilik harga bermacam-macam.
Harganya berkisar dari dua puluh lima ribu sampai tiga puluh ribu rupiah
tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan untuk membuatnya. Sertabahan untuk
membuatnya. Pigura yang menggunakan kaca memiliki harga tiga puluh ribu.
Tanya : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
membuat sebuah pigura?
Jawab : Untuk membuat pigura dibutuhkan waktu
sekitarlima belas menit.
Tanya : Apa
anda pernah mengalami hal yang kurang berkenan ketika menekuni bidang seni ini?
Jawab : Alhamdulillah Selma ini saya belum pernah
mengalami hambatan yang begitu berarti. Hanya masalah-masalah kecil saja yang
saya alami dan semuanya masih bisasaya atasi dengan mudah.
Wawancara
bersama seorang seniman di daerah Sagan. Narasumber bernama Mono. Dia bukan
merupakan orang asli Jogjakarta. Dia berasal dari Purworejo, Jawa Tengah.
Alamat rumahnya di Purworejo adalah di daerah Baledono. Mas Mono lahir pada
tanggal 12 Mei 1990. Sekarang di berusia 21 tahun.
Mono
sudah menekuni bidang seni kurang lebih selama tujuh tahun. Dia memilihuntuk
menekuni bidang seni itu daripada melanjutkan sekolah menuju jenjang yang lebih
tinggi. Ibunya juga mengizinkan Mono untuk menguasai seni dan mengembangkan bakatnya. Mono
mempelajari seni dari kakaknya. Kakaknya juga merupakan seorang seniman. Dia
adalah seorang pelukis yang cukup mahir di bidangnya. Mono sangat giat saat
belajar melukis dari kakaknya. Dia belajar kurang lebih selama lima bulan
sehingga dia bisa menguasai kemampuannya
dalam melukis. Awalnya dia memiliki kesulitan dalam belajar melukis. Namaun,
dia tetap giat berlatih agar apa yang dia inginkan dapat terwujud.
3. Analisis Kelompok
Yogyakarta merupakan salah satu kota tempat berkumpulnya
sejumlah seniman dari berbagai daerah di Indonesia, yang telah membukakan cakrawala
baru bagi mereka untuk mengembangkan berbagai kemungkinan dalam aktivitas berkesenian.
Beberapa kesenian yang mereka jalani adalah seni lukis yang merupakan cabang dari
seni rupa dan sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis adalah
kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk
mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kain kanvas,
kertas, papan, danbahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media
lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan
imajinasi tertentu kepada media yang digunakan.
Pada
zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan karena
terlalu kuatnya pengaruh keagamaan. Ilmu pengetahuan dianggap sihir di zaman
itu, sehingga kontroversi pun berlaluan menghantam karya seni tersebut. Tekanan
karya pun semakin merujam sehingga seni lukis semakin melenyapkan diri dari
peradaban manusia. Pada perkembangannya kini seni klasik kurang diminati. Masyarakat lebih cenderung berminat ke seni modern.
Hal
tersebut memang akibat yang tak bisa dihindari dari perkembangan teknologi yang begitu pesatnya. Kini banyak seniman yang telah beralih menuju seni digital; yakni seni yang menggunakan
media komputer atau sebagainya dalam proses
pembuatannya. Secara tidak langsung hal tersebut juga menyebabkan berkurangnya “lahan”
mencari nafkah bagi para seniman. Contoh kongkretnya adalah Mono, salah satu narasumber kami. Secara implisit dari hasil wawancara kami ia ingin mengatakan bahwa jasa lukis wajah sudah berkurang banyak peminatnya. Dalam sehari ia belum tentu bisa memperoleh “order” dari pelanggan yang ingin dilukis wajahnya. Padahal ia dapat memperoleh rupiah yang
tidak sedikitdari jasa yang ia tawarkan, yakni Rp 150.000,00 per
lukisan.
Selain itu, tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap masa depan seseorang. Sebagai seorang
yang tidak dapat menyelesaikan pendidikannya lebih lanjut, Mono tidak mempunyai
banyak pilihan di dalam hidupnya.
Andaikan ia dahulu memperoleh pendidikan hingga tingkat SMA atau SMK
saja, ia mungkinbisa menjadi seorang desainer professional
yang setidaknya mempunyai penghasilan tetap yang layak. Namun, apa boleh buat tuturnya. Pendidikan
yang rendah ini telah menghantarkannya kepada pekerjaan yang tak menentu penghasilannya. Ia ingin sekali jika suatu saat nanti bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih memuaskan dan menghasilkan.
Akan
tetapi, hal itu hanya sebatas mimpi yang terbang jauh. Penantian itu tak membuat bingung
hati Mono. Ia terus berjuang meniti karir di balik lukisan yang elok. Masalah
pun sering datang, namun ia tetap bersyukur karena permasalahan tersebut tidak
terlalu menyulitkannya dalam mencari solusi yang tepat.
Tujuh
tahun merupakan waktu yang tidak
singkat untuk terus konsisten dalam mengggeluti pekerjaan ini. Akan tetapi, Mono memang
orang yang tegar dan tabah. “Kadang-kadang tak ada pembeli”, tuturnya. Namun
hal itu memang bukan hambatan karena sudah hukum alam jika ada resiko dalam penjualan jasa.
4. Penutup
Dari hasil wawancara dan analisis kelompok kami, dapat
diambil kesimpulan bahwa faktor pendidikan sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang
di masa mendatang. Mono yang tidak tamat SMP tidak mempunyai banyak pilihan di
dalam hidupnya. Ia terpaksa bekerja serabutan sebagai pelukis wajah dan pembuat
pigura.
Sedangkan, Tri, seorang mahasiswa dapat memilih
ketoprak sebagai seni yang ia sukai dan bergabung dengan kelompok Ketoprak
Lesung Sastra Budaya. Sebagai orang berpendidikan, ia memang berhak untuk
memilih jalan hidupnya. Tri memilih ketoprak untuk menyalurkan bakat seninya,
tidak lebih (hingga saat ini). Keadaan ini memang sangat bertentangan dengan
Mono yang mau tidak mau harus hidup dengan kondisi yang kurang layak.
Di samping itu, perkembangan seni yang ada di
lingkungan kampus dan di luar kampus memang sangat kontras. Hal tersebut
dibuktikan dengan berkembangnya kesenian ketoprak di Fakultas Ilmu Budaya.
Sedangkan, di luar sana kesenian melukis, khususnya melukis wajah, seperti di
ujung tanduk. Serbuan kesenian digital seakan telah menelan kesenian yang
dibuat dengan tangan.
Pemerintah sebaiknya memperhatikan masyarakat kecil
seperti Mono yang mendapat banyak kesulitan dalam hidupnya. Dengan kemampuan
yang terbatas ia harus bersaing dengan derasnya kesenian digital. Pemerintah
bisa membuat program penyuluhan melek teknologi bagi orang kecil seperti Mono
agar tetap eksis dan dapat bertahan di zaman yang semakin tidak ramah bagi
orang kecil ini.